Minggu, 28 Desember 2014

Time travel

Saat kecil,
aku sedang tergila-gilanya dengan fisika, membaca teori relativitas waktu sampai membolak-baliknya setiap saat hingga tanda tanya dalam diriku habis tak tersisa.

Jika aku menyesali sesuatu...
aku akan berlari, teruuus berlari
Tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, berharapa cahaya tertinggal dan aku bisa kembali ke masa lalu.

Ternyata keajaiban belum juga ada
Aku butuh tenaga, melebihi seekor kuda, lebih cepat lagi dari lajunya kereta, bahkan ketika melewati seseorang ia harus bagai tak melihat apa-apa. Apakah bisa?

Kumakan coklat, nasi dan sesuatu lagi yang manis seperti gula. Bila karbohidrad bertambah, tenagaku pasti bertambah, bahkan aku yakin roket pun tak mampu menandinginya.

Saat akan mencobanya lagi, aku persiapkan matang-matang semuanya. Jika anggapanku tepat, kaca mata pasti akan membantu. Dengan kecepatan segitu banyak angin mengkaburkan pandangan, kaca mata pasti alat yang tepat untuk membiarkan mataku leluasa melihat keajaiban perpindahan waktu.

Siap...
aku melaju, berlari luruus, melewati setiap inci batu, gesit berbelok dikit menghindari Pak aji dan aku sungguh yakin ia tak melihatku. Lurus lagi berlari, melompati batu-batu, "argh" hampir saja jatuh, untung saja sendalku kuat. Lanjut berlari lagi tanpa henti sampai aku kembali.

Akhirnya berhenti
Sepertinya semuanya terlihat berbeda sekarang, angin terasa berputar aneh, "ini pasti ulah kekuatanku". Aku sungguh bangga untuk merahasiakannya. Awan juga mendung seperti kemarin, berarti ini sudah di masa lalu.

momo pasti di rumah sekarang, tidur di kursi seperti kemarin sebelum aku memarahinya. Ah benar meong-meongnya terlihat lucu, kali ini aku takkan mengusirnya dari bangku. Bila itu terjadi, seperti masa depan yang ku alami ia menghilang dari rumah dan takkan pernah kembali.

Akhirnya aku tidur siang. Terlelap setelah kelelahan.
***
"tadi momo dimana bi" umi berbincang-bincang dengan abi
"nyangkut di pohon pepaya ndak bisa turun, abang mana?"
"Tidur, kecapekan habis main"

Selasa, 09 Desember 2014

Apakah kau mengingatku?

Entah kenapa, semakin bertambahnya usia, sisi kedewasaan manusia pun mulai berkembang.
Jatuh terpuruk terkadang, sampai seakan tak bisa bangkit kembali...
Mampir sedikit kebahagiaan, seketika hilang alasan untuk terpuruk lebih dalam lalu bangkit...
Di saat yang tak tepat selalu saja ada masalah....
Di Sisi lain harapan muncul membawa kesenangan

Sisi hidup manusia lebih seperti traffik blog ini sendiri, naik turun tak menentu kadang juga mengalami kekosongan total,Hampa!

Sebagian orang berusaha sebaik-baiknya lalu melupakan kawan-kawan yang pernah membuatnya ada. Kadang kata "hai" dalam pesan singkat, hanya sapaan kosong ketika ingat dan balasannya sekedar basa basi aneh dalam instrumen balasan yang cukup lama. Mungkin juga termasuk aku. Dasar Membosankan.

"Hai, gmana kabarnya" -masih ingatkah denganku?
"Baik, kamu gmana?" -balasan setelah satumenit
"Baik juga, kamu sibuk apa sekarang?" -Balasan seketika
"Kuliah, kamu gmana?" -Balasan setelah lima menit
"Kerja, Oh smester ini brati lulusan dong?" -Balasan seketika
"Belum lah, belum lah setaun lagi. iya doakan taun besoklulus ya?" -Balasan setelah 15 menit
"Aamin smoga lancar. goodluck" Balasan seketika
"Sambung besok lagi ya, capek td baru datang"

Beberapa hari kemudian, percakapan tak pernah tersambung lagi. 3 bulan setelah itu.
"gmana kabarnya?". -Maukah kau bercerita tentang perjuangan kelulusanmu
"Baik, kamu gmana?" -aku bosaan

Mungkin karena tak saling mengerti bukan. Atau karena kita belum di butuhkan. Menyebalkan!